Rabu, 26 Januari 2011

Menumbuhkan kreativitas anak : Pentingnya memanfaatkan otak kanan

    Untuk menghadapi dan mengarungi kehidupan yang semakin ketat dalam persaingan, ternyata tak cukup hanya dengan intelegensia saja. Kreativitas pun tak kalah pentingnya. Nah, apa saja yang bisa kita lakukan untuk menciptakan anak yang kreatif?
    Dalam sebuah seminar tentang pendidikan anak di Jakarta terungkap bahwa hasil penelitian menunjukkan siswa Indonesia kelas empat SD ternyata berada pada peringkat paling rendah di Asia Timur. "Mereka hanya mampu memahami 30 persen dari materi bacaan dan sulit menjawab soal-soal uraian yang memerlukan penalaran," ungkap Dr Seto Mulyadi,Psi,M.Si sebagai salah satu pembicara dalam seminar tersebut.
     Kemajuan jaman yang cepat membawa berbagai persoalan dimana pemecahannya tak cukup hanya dengan bermodalkan intelegensia tinggi semata, namun juga harus didukung oleh kreativitas yang tinggi.
Anak berusia di bawah 3 tahun berada pada puncak kreativitasnya dan mulai usia 4-5 tahun  atau pada usia sekolah tingkat kreativitas anak langsung menurun drastis.
     Sejak dalam kandungan seorang anak secara otomatis telah memulai tahap pertama dalam perjalanan belajarnya. Pada usia nol sampai 5 tahun seorang anak berada pada masa kritis. Di usia tersebut diibaratkan seperti sebuah 'sponge' yang akan menyerap apa saja dari lingkungannya baik berupa informasi atau meniru gerak serta perilaku yang menarik baginya. "Mereka akan menjadikan orang tua atau guru sebagai model utamanya," kata Kak Seto.
BELAHAN OTAK KANAN

     Dalam belajar kita diharapkan dapat menggunakan kedua belahan otak, kanan dan kiri secara seimbang, pasalnya, kedua belahan otak tersebut daling bergantung dan mendukung satu sama lain. " Apabila tidak digunakan secara seimbang maka belahan otak yang jarang digunakan akan mengalami hambatan-hambatan dalam menjalankan fungsinya," ujar Dra Rose Mini A.P, M.Psi, yang biasa dipanggil Romi pembicara lain dalam seminar tersebut.
    Bisa jadi hal inilah yang menjadi penyebab munculnya kenyataan buruk yang dialami anak-anak. Ini terjadi karena dalam sistem belajar negara kita cenderung lebih sering menggunakan belahan otak kiri sementara belahan otak kanan sangat jarang digunakan malah terkesan diabaikan sehingga menjadikan anak-anak kita kurang kreatif. Dengan kata lain mereka hanya dituntut untuk berprestasi dari sisi akademik yang mengandalkan intelegensia saja. Ditambah lagi di sekolah-sekolah para guru lebih cenderung menekankan pada pelajaran menulis, menghitung, menghafal yang justru menjadikan anak tak berpikir kreatif. Karena fungsi imajinasi yang terletak di belahan otak kanan diabaikan.
    Salah satu fungsi belahan otak kanan adalah mengontrol hal-hal yang bersifat non-verbal, holistik, intuitif serta imajinatif. "Intuisi dan imajinasi adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam kreativitas yaitu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi atau mengembangkan,memperkaya dan merinci suatu gagasan," jelas Mbak Romi
    Ada banyak alasan mengapa kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Diantaranya karena kreativitas sangat berpengaruh dalam kehidupan anak sehari-hari dan terutama untuk mempersiapkan anak menghadapi era globalisasi . Kreativitas juga memiliki kegunaan lain:
- Membantu anak mengaktualisasi atau menunjukkan dirinya
- Memungkinkan anak berpikir kreatif untuk melihat berbagai kemungkinan pemecahan sebuah masalah.
-Memberikan kepuasan pada anak yang bisa bersibuk diri secara kreatif
- Memungkinkan seorang anak meningkatkan kualitas hidupnya.

Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif, karena kreativitas sudah dimiliki seorang anak sejak lahir. Tergantung bagaimana mengembangkannya. Para pendidik yang terdiri dari para orang tua dan para guru harus bisa bekerja sama untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Misalnya bagi orang tua dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengekspresikan kreativiatsnya'" saran Kak Seto.
   Guru juga bertanggung jawab dalam mengembangkan kreativitas anak misalnya dengan mencoba menghormati anak didiknya sebagai individu sekaligus menghargai keunikan anak tersebut. Apabila semua dilaksanakan dengan baik maka anak akan memiliki kebebasan mengekspresikan ide-ide kreatifnya dan bila tiba waktunya terjun ke masyarakat mereka akan jauh lebih kreatif karena telah banyak memiliki pengalaman dan pelajaran sebelumnya.

Selain peran serta orang tua dan guru, terdapat empat unsur yang saling berkaitan dan menentukan dalam proses perkembangan sebuah kreativitas yaitu :
1. Pribadi
Ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru, umumnya mereka yang kreatif memiliki sifat mandiri

2. Press
Kekuatan yang mendorong baik dari diri sendiri atau lingkungan, ini diperlukan agar anak bisa kreatif. Karena itu perlu diciptakan lingkungan yang bisa memupuk sifat kreativitas anak.

3. Proses
Karena kreativitas adalah sebuah proses, maka orang tua dan guru harus berusaha melihat lebih jauh dan lebih mendalam pada proses si anak dalam mencapai tujuan dibandingkan dengan sekedar menginginkan hasil ( produk) secepatnya.

4. Produk
Suatu produk baru disebut kreatif apabila mendapat pengakuan (penghargaan) dari masyarakat pada saat tertentu. Selain itu terdapat dua faktor yang mempengaruhi kapasitas kreativitas sehingga setiap orang akan memiliki tingkat kreativitas yang berbeda. Kedua faktor itu adalah faktor yang timbul secara alami/bawaan yang berasal dari genetik dan faktor pengalaman /lingkungan.

   Untuk menumbuhkan kreativitas anak maka orang tua atau guru dapat memberikan rangsangan, diantaranya;
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga anak bisa bebas mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.
2. Orang tua dan guru harus menghormati anak sebagai individu yang memiliki keunikan sendiri.
3. Orang tua atau guru jangan hanya menghargai prestasi anak dari sisi intelegensia ( ranking)
4. Orang tua atau guru harus menjadi model atau panutan bagi anak.
5. Orang tua atau guru harus menghargai kreativitas dan keingintahuan anak akan sesuatu. Jadi, sebuah keharusan bagi orang tua atau guru untuk banyak belajar, mengikuti semua perkembangan yang ada agar dapat mengimbangi rasa ingintahu anak.
6. Orang tua atau guru harus dapat menunjang kegiatan anak.
7.Orang tua atau guru dapat menajadikan anak mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.
8 Memberikan pujian pada anak bila mereka dapat melakukan sesuatu dengan baik dan mulai mengurangi hukuman.
9.Sering berkomunikasi dua arah dengan anak. Gunakan teknik bertanya, sehingga memancing diskusi dengan merangsang rasa keingintahuan anak.


Sumber : Nova

Kamis, 20 Januari 2011

"Ma..gendong..." wah gimana nih?

   Saat si kecil sudah bisa berjalan sendiri, seringkali dia malah tidak mau melakukannya saat kita ingin dia melakukannya. Sindrom 'gendong ma' memang kadang menjengkelkan dan membebani fisik kita.Terlebih pada kegiatan di luar rumag, entah itu sekedar jalan-jalan, tamasya atau berbelanja. Hal ini karena si kecil sudah terlalu berat untuk digendong dalam waktu lama. Kemanjaan si kecil yang minta digendong saat kita sedang mendorong keranjang belanjaan sementara tangan yang satu menggendong dan menahannya tentu sangat melelahkan, dan pinggang akan terasa pegal nantinya. Benar-benar terasa menyiksa.
   Ketika si kecil minta digendong,kita sebagai orangtua dihadapkan pada dilema.Bila menggendongnya, resiko lain akan muncul, membawa si kecil di sepanjang kegiatan saat itu, tak peduli betapa penat dan capeknya kita. Bila menurunkannya, kemungkinan akan menimbulkan rengekan yang lebih keras dari sebelumnya, hingga kita akan 'terpaksa' menggendongnya untuk mendiamkannya, sehingga si kecil akan membuat preseden di waktu-waktu berikutnya bahwa dia bisa minta gendong kapan saja dia ingin.
     Dari sisi anank sendiri, berjalan sebenarnya merupakan kebanggaan, setelah sekian lama hidup dalam boks bayi, kereta dorong dan lengan orang tua.Namun kebanggaan itu memudar ketika berjalan menjadi harapan, keharusan bahkan tuntutan baginya, ditambah sikap negatif dari dirinya maka anak lalu memberi respons' tekanan' pada orang tuanya.

   Jalan tengah untuk menyikapi hal ini, bisa dilakukan trik-trik berikut;
1. Jadikan  berjalan sebagai rekreasi
Coba jadikan berjalan sebagai sebuah permainan. Misalnya kita katakan padanya," Yuk coba, bisa nggak kita melewati semua lubang yang ada di trotoar," atau " Yuk kita lihat, ada berapa burung di atas sana," atau bisa juga acara berjalan dibarengi dengan menyanyikan lagu atau menunjuk apa saja yang menarik di sepanjang jalan. Ini akan bisa mengalihkan perhatian si kecil dari 'tugas'  berjalannya itu.

2. Jangan dilarang bila minta berhenti
Jangan memintanya berjalan sementara Anda sendiri terburu-buru. Sediakan tambahan waktu jika hendak bepergian bersamanya. Mungkin dia akan berhenti untuk melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, atau berhenti dulu untuk minum karena haus atau lainnya.

3. Jangan memaksanya berjalan cepat
Ukuran kakinya akan membuat langkah si kecil tak bisa menyamai langkah kita. Dia memerlukan langkah yang lebih banyak untuk mencapai suatu tempat dibandingkan orang tuanya. Dan dia juga akan lebih cepat lelah.Pikirkan bahwa dia bukan atlet jalan cepat dan jangan berjalan terlalu jauh darinya. Siapkan rencana cadangan seperti membawa kereta dorong, naik kendaraan atau mempersingkat perjalanan.

4. Hindari mengomel
Jangan mengomel atau marah bila akhirnya si kecil mogok berjalan.Jangan mencobanya untuk meminta berjalan lagi atau Anda akan segera tahu bagaimana gigihnya si kecil bertahan.

5. Rendahkan tubuh Anda
Seringkali si kecil merasa frustasi karena semua orang di sekelilingnya terlihat begitu tinggi.Jadi, sering-seringlah berhenti dan rendahkan tubuh Anda sehingga sama tinggi dengan si kecil. Misalnya saat berhenti di depan toko, lampu merah atau saat memberi minum.

6. Tunjuk dia sebagai asisten
Anak-anak batita senang menjadi 'pembantu'. Saat hendak ke pasar, mintalah dia membawa daftar belanjaan, setelah Anda membuat salinannya. Selesai belanja, mintalah dia membawa barang belanjaan.Beri bawaan yang ringan dan tidak mudah pecah. Tekankan padanya betapa pentingnya perannya," Wah, kalau Adik tidak ikut siapa yang akan membantu Mama membawa barang belanjaan?"

7. Beri pujian untuk usahanya
Meski misalnya dia hanya berjalan sebentar, berilah dia pujian.
"Wah, kamu hebat, bisa berjalan dari sana sampai ke sini," bandingkan dengan bayi yang masih dalam gendongan dan tidak dapat berjalan sendiri.

8. Jangan kritik kegagalannya
Jangan menyebutnya sebagai 'bayi' bila akhirnya dia minta digendong atau didudukkan di kereta belanja. Atau jangan pula membuatnya merasa iri dengan mengatakan " Mama kan sedang menggendong adik, kasihan kan?"

9. Buat perjanjian
Jika Anda berdua masih jauh dari rumah sementara tidak ada kendaraan atau angkutan lainnya cobalah bernegosiasi," Putera jalan dulu sampai lewat pintu mal ini ya, nanti gantian Mama yang gendong. Pastikan jarak yang Anda minta itu spesifik dan jelas bagi si kecil, jangan misalnya ," Sebentar lagi ya Sayang." Jika dia berjalan lagi beri dia pujian.Teruskan perjanjian hingga Anda sampai di rumah.

10. Jangan menggendong terlalu lama
Apakah si kecil berat atau ringan, turunkan dia setelah 1-2 menit.Lakukan ini meski dia akan memprotesnya.Bujuk dia untuk berjalan sampai jarak tertentu, nanti Anda akan menggendongnya lagi. Secara bertahap panjangkan waktu berjalnnya dan kurangi waktu gendongnya.Berikan gangguan saat dia berjalan seprti menggelitiknya, bisa juga dengan menunjukkan sesuatu yang menarik.Dengan cara ini,keinginan untuk digendong akan turun untuk sementara waktu.

11. Ingatkan tak ada gendong
Sebelum bepergian bersamanya, ingatkan bahwa Anda tidak akan menggendongnya meski nanti dia minta gendong. Si kecil nanti akan mengetes aturan Anda itu. Tetapi jika Anda bertahan dan mengingatkan terus aturan itu, lama-lama sindrom minta gendong akan berkurang.

12. Beri contoh nyata
Jika semua orang dalam keluarga banyak berjalan, teman-temannya juga berjalan si kecil juga akan suka berjalan. Apalagi jika Anda tidak selalu mengkritiknya saat ia enggan berjalan


Sumber : Seri Anak Permata Hati 2

Sabtu, 15 Januari 2011

Cara Efektif mendidik anak sejak dini

Ide-ide dalam tulisan ini disusun berdasarkan keterampilan yang dibahas dalam "Cara efektif mendidik anak sejak dini" (Magic Tools for Raising Kids) yang dirangkum dalam 5 bagian berikut :


1. Carilah perilaku yang baik
Orang tua biasanya menemukan perilaku anak-anak yang diharapkannya baik atau buruk.Seorang ibu yang mengharapkan anaknya berjuang keras untuk mendapatkan yang mereka ingikan akan melihat anaknya berusaha lebih keras dibandingkan jika si ibu sekedar mengharapkan anaknya hidup dengan baik.
- Berikan perhatian pada perilaku yang diharapkan
   Anak membuthkan perhatian orang dewasa. Mereka akan mengulangi perilaku yang diharapkan. Cobalah temukan perilaku yang anda sukai lau berikan respons positif. 
- Berikan pujian pada perilaku yang tepat
Salah satu cara memberikan perhatian adalah dengan pujian.Agar efektif, pujian harus diberikan dengan segera,spesifik, tulus.
- Berikan rewards/hadiah untuk perilaku yang baik.
Hadiah harus diberikan segera setelah anak-anak menunjukkan perilaku baik.Perhatian anda adalah reward yang sangat besar.Anda juga dapat memberikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan anak.Reward yang biasa diberikan berupa stiker,gambar bintang, membacakan buku, atau bermain bersama

2. Menghindari masalah 
Mencegah terjadinya masalah jauh lebih mudah daripada menghadapinya.Anda dapat menghindari masalah dengan menjelaskan apa yang anda harapkan ,mengatakan apa yang harus dikerjakan dan mengubah situasi.
-Jelaskan harapan anda
Coba tentukan Anda ingin anak anda melakukan apa.Berlutut atau merendahlah sampai mata Anda sejajar dengan matanya,bicaralah dengan suara lembut,kemudian minta anak Anda mengulang apa yang Anda inginkan 
-Berikan dua "YA" untuk setiap "TIDAK"
Jika anak anda memukul jendela dengan kayu, Anda dapat mengatakan " Kamu tidak boleh memukul kaca jendela"Sebagai gantinya "Kamu boleh memukul kursi atau bantal" 
-Mengubah situasi
Singkirkan benda-benda yang mudah pecah atau benda-benda tajam dari jangkauan anak-anak.Jangan memasang gantungan baju di kamar mandi terlalu tinggi agar anak anda dapat menggantung sendiri bajunya.Bawalah anak anda berjalan-jalan ke luar rumah ketika dia sedang marah-marah.

3. Membuat batasan yang tepat
Peraturan yang tepat adalah yang sesuai dengan usia dan kepribadian anak, serta keinginan orang tua.
- Jelaskan peraturannya
Tetapkan peraturan yang Anda buat dengan sikap tenang dan positif.
Contohnya dengan mengatakan ,"Sentuhlah dengan lembut'" (untuk mengatakan jangan memukul).
- Berikan konsekuensi
Anak akan menguji batasan yang Anda buat dengan melanggarnya.Itu hal yang normal.Putuskan sebelumnya, apa yang akan Anda lakukan jika hal itu terjadi. Misalny; "Sentuhlah adikmu dengan lembut atau kamu harus bermain sendiri"
-Jalankan peraturan
Lakukanlah apa yang sudah Anda katakan. Jika tidak, sama artinya dengan mengajari anak Anda mengabaikan kata-kata Anda.Jika Anda tidak menjalankan peraturan yang Anda buat, semua usaha Anda dalma membuat batasan/peraturan untuk anak tidak akan berhasil.


4.Memahami perasaan
Banyak anak mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dengan benar. Anda dapat mendorong mereka dengan menerima apa yang mereka rasakan dan menawarkan cara yang berbeda untuk mengatasinya.
-Mendengarkan secara aktif
Dapat dilakukan dengan memaparkan /menyampaikan kepada anak, perasaan maupun masalahnya tetapi tidak mencoba untuk menyelesaikan.Misal  Anda mengatakan," Kamu sedih karena Katie harus pulang,"
-Metode "perasaanku"
Merupakan cara paling baik untuk memberitahukan perasaan Anda kepada orang lain. Ada tiga bagian dalam metode "perasaanku" yaitu :
ketika ( mendeskripsikan tentang sebuah perilaku tanpa menyalahkan siapapun)
saya merasa ( mengungkapkan tentang apa yang Anda rasakan terhadap sebuah perilaku)
karena(menjelaskan tentang bagaimana perilaku mempengaruhi Anda)
Contoh: "Saat ada susu yang tumpah di karpet, ibu merasa jengkel karena harus membersihkannya"
-Cara menyikapi perasaan
Setiap orang dapat menggunakan suara,gerakan atau kreativitas masing-masing untuk menenangkan diri. Misalnya;Anda dapat bercerita kepada orang lain ,mendengarkan musik (suara),berlari,menari atau membereskan rumah(gerak) membayangkan diri Anda berada di tempat yang menyenangkan atau mencoba melukis apa yang sedang Anda rasakan (kreativitas).


5. Mengurangi pertengkaran
Beberapa anak memiliki kebutuhan yang tinggi untuk 'berkuasa'.Ada beberapa cara untuk menghadapinya.
-Pencegahan
Perhatikan situasi apa yang bisa menimbulkan masalah dan cobalah untuk menghindarinya.Contohnya, jika anak Anda selalu meminta es krim setiap kali melewati toko es, cobalah pulang ke rumah lewat jalan lain.Perlu Anda ketahui latihan-latihan fisik dapat mengurangi stres dan pertengkaran.
-Memberikan sedikit kekuasaan
Biarkan anak membuat keputusan-keputusan kecil sendiri.
Misal; biarkan mereka memilih sendiri baju apa yang ingin dipakainya.
-Mencari jalan tengah
"Caraku" adalah apa yang aku (orang tua) inginkan."Caramu" adalah apa yang diinginkan oleh anak. "Jalan tengah" harus dapat diterima orang tua dan anak-anak.Carilah solusi yang dapat dijalankan oleh Anda dan anak Anda. Misalnya; jika anak Anda ingin tidur lebih malam sementara Anda ingin dia tidur sekarang juga, jalan tengahnya mungkin dengan mengijinkan anak Anda tidur 15 menit lagi.


Sebagai orang tua kita akan belajar seumur hidup memahami dan mendampingi anak-anak kita, dan sebaiknya kita tak pernah merasa menyerah untuk bisa melakukan yang terbaik untuk mereka.

Selasa, 11 Januari 2011

Keluargaku, Hartaku...

Tak salah bila ada ungkapan bahwa keluarga adalah harta yang tak ternilai secara materi...

Saat hati bahagia, orang yang paling ingin kita kabari paling dulu adalah keluarga..dan saat kesusahan melanda maka merupakan 'pelabuhan' yang paling menyejukkan...
Setiap fase kehidupan memberikan kita tambahan makna akan arti keluarga..begitupun saat kita telah memiliki keluarga kecil sendiri dan akhirnya menjadi seseorang yang dulu hanya kita bayangkan secara fungsional dan emosional..yaitu menjadi seorang ayah ataupun seorang ibu.. Sebuah 'jabatan' dan sekaligus tanggung jawab yang tak mudah..sesuai kodratnya maka kita pun harus menjalaninya dengan keikhlasan..
Sebagai seorang wanita, maka 'jabatan' seorang ibu tentu sangat membanggakan..mengharukan..membahagiakan dan terkadang membuat benteng pertahanan emosi kita jebol dan luluh..
Dulu mungkin kita hanya berpikir tugas seorang ibu ya itu-itu saja..tak jauh dari urusan logistik dan domestik rumah tangga..namun dengan hadirnya 'sesosok' yang mungil dengan segala emosi dan karakteristiknya yang unik di antara kita, maka segala kerepotan dan terkadang kepanikan mulai mewarnai hari-hari kita. Sosok yang tadinya mungil dan tak berdaya menjelma menjadi sosok yang begitu utuh lengkap dengan segala konsep yang melekat dalam pikirannya. Bayangan sosok anak yang mungil dan mudah diarahkan telah bermetamorfosis menjadi 'boy atau girl' yang membuat kita geleng-geleng kepala atau mengurut dada...
Seyogyanya sebagai seorang ibu kita tetap membuka hati dan pikiran untuk terus belajar menjadi 'ibu' yang tak hanya benar secara teori tapi juga 'benar' di hati dan pikiran anak-anak kita