Untuk menghadapi dan mengarungi kehidupan yang semakin ketat dalam persaingan, ternyata tak cukup hanya dengan intelegensia saja. Kreativitas pun tak kalah pentingnya. Nah, apa saja yang bisa kita lakukan untuk menciptakan anak yang kreatif?
Dalam sebuah seminar tentang pendidikan anak di Jakarta terungkap bahwa hasil penelitian menunjukkan siswa Indonesia kelas empat SD ternyata berada pada peringkat paling rendah di Asia Timur. "Mereka hanya mampu memahami 30 persen dari materi bacaan dan sulit menjawab soal-soal uraian yang memerlukan penalaran," ungkap Dr Seto Mulyadi,Psi,M.Si sebagai salah satu pembicara dalam seminar tersebut.
Kemajuan jaman yang cepat membawa berbagai persoalan dimana pemecahannya tak cukup hanya dengan bermodalkan intelegensia tinggi semata, namun juga harus didukung oleh kreativitas yang tinggi.
Anak berusia di bawah 3 tahun berada pada puncak kreativitasnya dan mulai usia 4-5 tahun atau pada usia sekolah tingkat kreativitas anak langsung menurun drastis.
Sejak dalam kandungan seorang anak secara otomatis telah memulai tahap pertama dalam perjalanan belajarnya. Pada usia nol sampai 5 tahun seorang anak berada pada masa kritis. Di usia tersebut diibaratkan seperti sebuah 'sponge' yang akan menyerap apa saja dari lingkungannya baik berupa informasi atau meniru gerak serta perilaku yang menarik baginya. "Mereka akan menjadikan orang tua atau guru sebagai model utamanya," kata Kak Seto.
BELAHAN OTAK KANAN
Dalam belajar kita diharapkan dapat menggunakan kedua belahan otak, kanan dan kiri secara seimbang, pasalnya, kedua belahan otak tersebut daling bergantung dan mendukung satu sama lain. " Apabila tidak digunakan secara seimbang maka belahan otak yang jarang digunakan akan mengalami hambatan-hambatan dalam menjalankan fungsinya," ujar Dra Rose Mini A.P, M.Psi, yang biasa dipanggil Romi pembicara lain dalam seminar tersebut.
Bisa jadi hal inilah yang menjadi penyebab munculnya kenyataan buruk yang dialami anak-anak. Ini terjadi karena dalam sistem belajar negara kita cenderung lebih sering menggunakan belahan otak kiri sementara belahan otak kanan sangat jarang digunakan malah terkesan diabaikan sehingga menjadikan anak-anak kita kurang kreatif. Dengan kata lain mereka hanya dituntut untuk berprestasi dari sisi akademik yang mengandalkan intelegensia saja. Ditambah lagi di sekolah-sekolah para guru lebih cenderung menekankan pada pelajaran menulis, menghitung, menghafal yang justru menjadikan anak tak berpikir kreatif. Karena fungsi imajinasi yang terletak di belahan otak kanan diabaikan.
Salah satu fungsi belahan otak kanan adalah mengontrol hal-hal yang bersifat non-verbal, holistik, intuitif serta imajinatif. "Intuisi dan imajinasi adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam kreativitas yaitu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi atau mengembangkan,memperkaya dan merinci suatu gagasan," jelas Mbak Romi
Ada banyak alasan mengapa kreativitas harus dikembangkan sejak dini. Diantaranya karena kreativitas sangat berpengaruh dalam kehidupan anak sehari-hari dan terutama untuk mempersiapkan anak menghadapi era globalisasi . Kreativitas juga memiliki kegunaan lain:
- Membantu anak mengaktualisasi atau menunjukkan dirinya
- Memungkinkan anak berpikir kreatif untuk melihat berbagai kemungkinan pemecahan sebuah masalah.
-Memberikan kepuasan pada anak yang bisa bersibuk diri secara kreatif
- Memungkinkan seorang anak meningkatkan kualitas hidupnya.
Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif, karena kreativitas sudah dimiliki seorang anak sejak lahir. Tergantung bagaimana mengembangkannya. Para pendidik yang terdiri dari para orang tua dan para guru harus bisa bekerja sama untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Misalnya bagi orang tua dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak untuk mengekspresikan kreativiatsnya'" saran Kak Seto.
Guru juga bertanggung jawab dalam mengembangkan kreativitas anak misalnya dengan mencoba menghormati anak didiknya sebagai individu sekaligus menghargai keunikan anak tersebut. Apabila semua dilaksanakan dengan baik maka anak akan memiliki kebebasan mengekspresikan ide-ide kreatifnya dan bila tiba waktunya terjun ke masyarakat mereka akan jauh lebih kreatif karena telah banyak memiliki pengalaman dan pelajaran sebelumnya.
Selain peran serta orang tua dan guru, terdapat empat unsur yang saling berkaitan dan menentukan dalam proses perkembangan sebuah kreativitas yaitu :
1. Pribadi
Ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru, umumnya mereka yang kreatif memiliki sifat mandiri
2. Press
Kekuatan yang mendorong baik dari diri sendiri atau lingkungan, ini diperlukan agar anak bisa kreatif. Karena itu perlu diciptakan lingkungan yang bisa memupuk sifat kreativitas anak.
3. Proses
Karena kreativitas adalah sebuah proses, maka orang tua dan guru harus berusaha melihat lebih jauh dan lebih mendalam pada proses si anak dalam mencapai tujuan dibandingkan dengan sekedar menginginkan hasil ( produk) secepatnya.
4. Produk
Suatu produk baru disebut kreatif apabila mendapat pengakuan (penghargaan) dari masyarakat pada saat tertentu. Selain itu terdapat dua faktor yang mempengaruhi kapasitas kreativitas sehingga setiap orang akan memiliki tingkat kreativitas yang berbeda. Kedua faktor itu adalah faktor yang timbul secara alami/bawaan yang berasal dari genetik dan faktor pengalaman /lingkungan.
Untuk menumbuhkan kreativitas anak maka orang tua atau guru dapat memberikan rangsangan, diantaranya;
1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga anak bisa bebas mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.
2. Orang tua dan guru harus menghormati anak sebagai individu yang memiliki keunikan sendiri.
3. Orang tua atau guru jangan hanya menghargai prestasi anak dari sisi intelegensia ( ranking)
4. Orang tua atau guru harus menjadi model atau panutan bagi anak.
5. Orang tua atau guru harus menghargai kreativitas dan keingintahuan anak akan sesuatu. Jadi, sebuah keharusan bagi orang tua atau guru untuk banyak belajar, mengikuti semua perkembangan yang ada agar dapat mengimbangi rasa ingintahu anak.
6. Orang tua atau guru harus dapat menunjang kegiatan anak.
7.Orang tua atau guru dapat menajadikan anak mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.
8 Memberikan pujian pada anak bila mereka dapat melakukan sesuatu dengan baik dan mulai mengurangi hukuman.
9.Sering berkomunikasi dua arah dengan anak. Gunakan teknik bertanya, sehingga memancing diskusi dengan merangsang rasa keingintahuan anak.
Sumber : Nova